Selasa, 25 Oktober 2011

Jiwa Yang Sehat

 
Jiwa yang sehat itu diperlukan untuk mengontrol yang raga. Karena kalau tidak, raga melakukan aktivitas yang konyol, dan jiwa yang gegar menganggap kekonyolan adalah sebuah kebenaran. Dan yang paling menyedihkan, orang lain menertawakan kekonyolan itu, dan dimanfaatkan sebagai sebuah medium pemerkosaan.
Menjadi kaya itu seperti masuk ke medan perang melawan musuh, yaitu diri sendiri. Maka, persiapan itu sangat diperlukan. Mengapa? Agar Anda tak dibohongi dengan filosofi bahwa kaya itu sama dengan membeli rumah segede gelora Senayan, mengisi interior dengan barang termahal dan bukan yang terbaik. Mengisi garasi dengan sekian belas mobil, menghias jari dengan lima cincin berlian, dan jam tangan yang sebelas dua belas dengan lampu kristal, termasuk ikat pinggang berkepala kuda terbuat dari emas dan berlian.

Prestasi atau korupsi?
Menjadi kaya itu bukan waktu untuk melampiaskan dendam masa lalu karena pernah tak punya apa-apa. Balas dendam karena pernah dilecehkan oleh yang lebih dahulu kaya atau yang nasibnya dari dulu memang kaya raya. Persiapan mental itu diperlukan saat mengubah cara hidup, dari yang lama menjadi manusia kaya, dan menghadapi risiko setelah perubahan itu.
Misalnya, kalau dulu senang meludah di mana saja dan kapan saja, sekarang tak bisa lagi. Kalau Anda makan dan mengeluarkan bunyi-bunyian, sekarang Anda harus bisa memisahkan dan mengerti bedanya sedang mengunyah dan sedang bernyanyi. Demikian juga supaya Anda kalau berbicara di tempat umum tidak berteriak meski Anda sedang tidak marah. Artinya, belajar berbicara santun.
Contoh lain. Kalau mengenakan jas harus benar. Label yang biasanya menempel di lengan jas di sebelah kiri bawah saat Anda membeli itu tidak seyogianya dipertahankan, itu harus dilepas. Karena bukan demikian cara mengenakannya. Jadi, menjadi kaya itu harus benar, bukan membeli kesalahan untuk dibuat sebagai sebuah kebenaran.
Kaya itu bukan waktunya memiliki simpanan selain istri atau suami yang sudah setia saat Anda miskin. Dan yang terutama saat Anda memilih teman. Kalau memilih teman saat tak punya apa-apa, itu mudah sekali, karena hanya segelintir yang mau mendekati Anda. Kalau kaya itu, temannya seperti pasir, tetapi gampang dibawa air, hilang dan tak kembali.
Maka, kaya bukanlah soal situasi keuangannya, tetapi nilai yang ada dalam kondisi itu. Bukankah kata peribahasa, padi itu merunduk kalau makin berisi? Jadi seharusnya, kaya apalagi superkaya itu harusnya merunduk. Bukan sombong dan angkuh. Karena hidup itu baru bermakna kalau kekayaan itu bisa membuat yang kaya serta orang lain yang melihatnya dapat naik kelas.
Persiapan jiwa itu berguna juga untuk Anda bisa berpikir waras dan tetap cool. Pertama. Coba dicek lagi dari mana kekayaan Anda itu datang. Kemewahan hidup yang mendadak itu karena Anda memang berprestasi dengan benar atau berprestasi korupsi?
Kedua. Kalau seseorang bisa berubah dari tak punya apa-apa menjadi punya segalanya, itu berarti ada kemungkinan juga, kalau dari segalanya, Anda bisa tak punya apa-apa lagi. Katanya, hidup itu seperti roda yang berputar. Saya punya banyak teman yang kaya dari dulu, enggak pernah miskin-miskin, sampai saya mikir, mereka sepertinya enggak punya roda.

Related Post



Tidak ada komentar:

Posting Komentar