Jumat, 23 September 2011

Tumbuhkan Cinta, Rangkullah Anak-anakmu!





KETIKA ada kolega saya datang dari Jepang, mereka mengajak ke restoran  susi yang sangat terkenal. Tentu dijamin cukup mahal ongkosnya. Sekali makan bisa habis 500 dollar. Restoran yang dikenal dengan nama Uzen ini terletak di kota Berkelay, dekat kota San Francisco. Tepatnya di Jalan Collage Avenue, di sebelah perpustakaan kota Berkelay. Daerah yang ramai dihuni orang kulit putih yang kaya dan berpendidikan.
Sambil ngobrol kanan kiri tentang bisnis, terkadang kita saling melemparkan isu di luar tema pekerjaan, hingga masalah anak-anak.
“Ichiban ue no kodomo ha nansai desuka? (Berapa umur anak paling tua),” demikian penulis mengajukan sebuah pertanyaan.
“Sekitar 15 tahunan,” ujarnya dalam bahasa Jepang.
“Sotoni aruitara, kare no tewo kuminagara, arukimasuka?” (Apakah pernah menggadeng tangan anak Anda, ketika sedang jalan-jalan keluar rumah?)
Mungkin ini pertanyaan kurang menarik. Namun penulis berfikir, ini sebuah pertanyaan sederhana dan masuk akal.  Setidaknya, ingin lebih tahu banyak tentang kebiasaan sehari-hari orangtua di Jepang dalam mendidik anak-anak mereka.
Sayang, jawabannya tak sesuai dengan yang penulis inginkan. Mereka justru tertawa lebar  sembari mengatakan, “Soreha muri, mata okasii dayo.” (Itu adalah hal yang tidak mungkin, mustahil).
Perilaku memeluk, menggandeng anak adalah sesuatu yang dianggap aneh baginya.
“Kami tidak mungkin memegang pundak, memeluk anak-anak kami, apalagi menggandeng tangan anak kami ketika berjalan bersama,” tambahnya.
Fenomena ini kelihatannya mirip dengan di Indonesia. Bisa jadi itu adalah fenomena yang mungkin juga terjadi di kebanyakan keluarga.
Seorang ayah tidak terbiasa memeluk anak-anaknya ketika mereka tumbuh dewasa. Sehingga memegang pundak, merangkul dan mendekapnya adalah sebuah fenomena langka. Bahkan mungkin sudah dianggap tidak wajar alias alias prilaku aneh bagi orangtua dan anak.
Antara Sentuhan dan Otak
Mari kita bicara terlebih dahulu masalah kulit manusia sebelum melihat prilaku ini apakah sesuai dengan fitrah kita atau tidak. Luas rata-rata kulit orang dewasa  adalah sekitar 1.67225 m².
Setiap cm2 luas kulit, mempunyai beribu-ribu saraf yang mempunyai fungsi sebagai sensor penerima.
Apa yang ditangkap oleh sensor ini kemudian disampaikan ke otak dan kemudian diolah untuk mengetahui kondisi di sekelilingnya. Panas dan dingin, halus dan kasar, bulat dan kotak semua dapat kita rasakan karena fungsi kulit ini.
Dan ternyata, belaian kasih sayang juga muncul dan dirasakan karena adanya rangsangan yang datang dari permukaan kulit.
Dalam beberapa hari pertama kehidupan embrio calon bayi, sel-sel yang akan membentuk bayi awalnya terdiri dari menjadi tiga lapisan. Endoderm (lapisan dalam) yang akhirnya menjadi organ-organ internal tubuh, mesoderm (lapisan tengah) menjadi otot dan tulang untuk menegakkan tubuh. Dan ektoderm menjadi kulit dan sistem saraf.
Otak dan kulit berasal dari lapisan yang sama, dan mereka berkembang bersama. Ajaibnya sel-sel otak dan kulit ini akan terus berkembang tidak hanya sebelum kelahiran, tapi juga dalam tahun pertama kehidupan sang bayi.
Studi laboratorium telah menunjukkan bahwa hewan yang diberi sentuhan yang teratur akan mengembangkan otak yang lebih besar. Sentuhan ini akan membangun tulang dan otot  yang kuat, sistem kekebalan yang lebih baik, dan tetap sehat sebagai orang dewasa daripada hewan yang kehilangan sentuhan ketika muda.
Saat bayi dipegang, dipeluk, dan mendapatkan makanan asi dari ibunya, dia mendapatkan rangsangan penting untuk membangun hubungan saraf antara kulit dan otaknya. Dengan menerima sentuhan dari keluarga atau pengasuh, sang bayi pada gilirannya belajar bagaimana untuk menyentuh dan kemudian dapat menjelajahi dunia luar. Sentuhan selama bulan-bulan awal pembentukan akan membangun sistem saraf yang kompleks dan canggih sehingga kita dapat sepanjang hidup merasakan berbagai tekstur, suhu dan merasakan bagian tubuh mana yang disentuh.
Tidak dipungkiri, bahwa Rasulullah SAW adalah seorang pemimpin yang kampiun dan berhasil. Ummatnya bukan saja berjumlah ratusan. Bahkan jutaan, dan saat ini sudah milyaran.
Bagimana mungkin beliau bisa diingat sampai saat ini, kalau tidak ada sesuatu yang hebat di dalamnya?
Salah satu yang penulis tangkap dari sejarah kehidupan beliau adalah ketika beliau berhadapan dengan para sahabat dekatnya.
Sebelum menyampaikan pelajaran penting, terkadang Rasulullah SAW memegang pundak sahabatnya. Adalah Abdullah bin Umar, seorang sahabat muda yang menyodorkan dirinya agar dapat mengikuti perang Badar dan Uhud pada usia 13 dan 14 tahun.
Walaupun akhirnya permintaan kuatnya tidak dikabulkan oleh Rasulullah dalam dua perang dahsyat itu, pada usia 15 tahun akhirnya ia diperbolehkan mengikuti perang Khandaq memperkuat barisan pasukan Muslim Muhajirin dan Anshar.
Pegangan tangan Rasulullah di pundak Abdullah, pertanda apa yang akan disampaikannya adalah hal yang sangat penting dan pesan yang perlu diperhatikan.
Sentuhan tangan khas sang Nabi pecinta anak yatim dan orang miskin ini, bisa jadi membawa aroma tersendiri bagi Abdullah bin Umar. Keindahan alam fikiran akan keasyikan kedekatan dengan sang kekasih pujaan, manusia mulia.
Dan kemudian pesan penting itu pun akhirnya keluar dari mulut yang agung, Rasulullah SAW. Sebuah nasehat super yang luar biasa. Mengingatkan bagi yang masih punya hidup dan ingin  mendapatkan kehidupan yang lebih hidup kelak.
"Bila engkau berada di sore hari, maka jangan menunggu datangnya pagi; dan bila engkau di pagi hari, maka jangan menunggu datangnya sore.Manfaatkan waktu sehatmu untuk sakitmu, dan waktu hidupmu untukmatimu." (HR. Bukhari)
Rasulullah SAW sering memegang pundak atau tangan para sahabatnya ketika memberikan pelajaran yang penting. Agar yang diberi pesan menjadi ingat dan tidak mudah melupakannya. Sentuhan tangan Rasul pujaan para malaikat ini menggambarkan hubungan kasih sayang yang dekat. Sebagai tanda sayangnya seorang guru kepada muridnya, ibarat seorang ayah kepada anaknya atau seorang komandan perang kepada prajuritnya.
Rasulullah SAW memang “sangat super sekali”, demikian meminjam istilah  motivator dan konsultan asal Indonesia Sis Maryono Teguh atau lebih dikenal dengan nama Mario Teguh.
Baru-baru ini ada sebuah hasil studi yang mengejutkan dunia penyembuhan penyakit lupa dan marah. Terkadang orang semakin tua akan semakin menjadi pelupa dan pemarah. Ternyata penyakit ini bisa disembuhkan dengan hanya sentuhan tangan.
Adalah Akiko, seorang ibu muda dan ibunya yang sudah menginjak usia 70-an. Akiko pusing tujuh keliling ketika menghadapi ibunya yang semakin tua semakin menjadi. Pemarah dan pelupa. Pelampiasan marahnya tiba-tiba muncul. Tiba-tiba muncul emosinya yang tidak terkendali. Dipukulnya Akiko dengan tangannya karena sebuah kesalahan kecil.
Akiko hampir menyerah dengan kondisi seperti ini. Ia menangis, tidak kuat menghadapi kondisi ibunya yang suka uring-uringan.
Kondisi yang membuat fikirannya kalut dan sedih ini, tertolong ketika seorang dokter pijat Jepang memberikan saran untuk memberikan pijatan spesial di kedua tangan ibunya setiap hari. Minimal 5 menit.
Maka mulailah ia membawa anduk kecil yang sudah dicelupkan di air hangat. Ia bungkus dan usap-usap tangan kedua ibunya dengan sabar dan hati-hati. Kemudian ia buka anduk yang masih hangat itu, dan ia usapkan minyak pelicin di kedua tangan ibunya. Iya pijit dengan gerakan usapan dari pergelangan tangan sampai ke ujung jarinya. Harus dalam waktu kecepatan yang pasti, 5 detik! Itu adalah petunjuk penting yang ia terima dari dokter pijat. Tidak boleh lebih cepat dari 5 detik dan tidak boleh lambat dari 5 detik. Ketika usapan-usapan itu ia lakukan berulang kali. Kemudian menangislah ibunya dihadapannya. Ibunya terlihat tersengguk-sengguk, bercucuran air matanya. Dan akhirnya ibunya mengucapkan kata-kata yang selama ini hilang dan tidak pernah ia temukan kembali;
“Arigato, arigato, arigato”.
Akiko terkejut bukan kepalang. Baru kali ini ibunya kembali mengucapkan kata-kata yang dahulu pernah ada di mulutnya.
Akiko pun ikut menangis mendengar ucapan ibunya. Ia tidak dapat menahan linangan air matanya. Butiran-butiran air jernih itu jatuh mengenai tangan ibunya. Menghapus segala duka dan lara, segala penat dan letih, segala amarah dan keputusasaan.
Usapan tangan akiko di  kedua tangan ibunya merubah segalanya. Ibunya menjadi gembira, dan mudah tersenyum. Itulah hebatnya sebuah sentuhan. Yang dahulu pernah diajarkan juga oleh Rasulullah SAW.
Aishar r.a. meriwayatkan bahwa beberapa orang datang menemui Rasulullah SAW dan berkata: "Apakah Anda suka mencium anak-anakmu?" Rasulullah SAW menjawab: "Ya". Kemudian mereka berkata: "Demi Allah, saya tidak mencium anak-anak saya". Kemudian Rasullullah SAW berkata: "Kemudian apa yang harus saya lakukan jika Allah telah menjauhkan anda dari rahmat-Nya." (Sahih Muslim, 5735)
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Al-Aqra bin Habsi melihat Rasulullah SAW mencium cucunya Hasan. Kemudan Al-Aqra bin Habsi berkata, "Saya punya 10 anak, akan tetapi saya tidak pernah mencium satupun dari mereka". Kemudian Rasulullah SAW berkata: "Seseorang yang tidak menunjukan kasih sayangnya, tidak akan ada rahmat yang akan ditujukan kepadanya". (Sahih Muslim, 5736)

Peluk dan ciumlah anak-anakmu, agar mereka tahu bahwa ayah sangat mencintai mereka. Anak-anak yang ditampilkan ke dunia sebagai pendamping hidupnya. Ayah perlu mengungkapkan perasaannya bahwa dirinya berjuang dengan mereka untuk mencapai kemenangan hidup.
Berikanlah kasih sayang padanya, karena itu merupakan tanda-tanda iman seseorang dan akan berdampak memudahkan kita meraih surgaNya, sebagaimana dijanjikan Allah  di surat Al-Baqarah [2]:25

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (25).”(QS. Albaqarah[2]:25)

Yusuf Muhammad Efendy. Penulis buku “Ayah Juara – 7 Hari Menjadi Ayah Qur’ani”. Kini tinggal di San Francisco, Amerika


Dari : Hidayatullah.com

Related Post



Tidak ada komentar:

Posting Komentar