Jumat, 30 September 2011

Mengatasi Asam Urat

Seseorang dikatakan mengalami gangguan asam urat (gout) bila kadar asam urat dalam darah melebihi batas normal (diatas 7 mg%). Penaykit ini ditandai dengan pembengkakan di sendi-sendi lutut dan jari-jari yang disertai rasa nyeri. Hal ini terjadi karena bertumpuknya kristal-kristal asam rat dari hasil metabolisme bahan pangan yang mengandung purin.
Ginjal adalah organ yang mengatur kestabilan kadar asam urat dalam tubuh dan akan membawa sisa asam urat ke pembuangan air seni. Namun jika kadar asam urat itu berlebihan, ginjal tidak akan sanggup mengaturnya sehingga kelebihan itu akan menumpuk pada jaringan dan sendi. Otomatis, ginjal juga akan mengalami gangguan. Kandungan asam urat yang tinggi menyebakan nyeri dan sakit dipersedian yang amat sangat, jika sudah sangat parah, penderita bisa tidak bisa jalan.
Kadar asam urat sangat berhubungan erat dengan makanan yang dikonsumsi. Oleh karena itu, pengaturan pola makan sangat diperlukan.

Hindari konsumsi bahan pangan yang mengandung kadar purin tinggi, seperti: 

-minuman fermentasi dan mengandung alkohol seperti bir, wiski, anggur, tape, dan tuak.
-udang, remis, tiram, kepiting, kerang
-berbagai jenis makanan kaleng seperti sarden,kornet sapi
-Berbagai jeroan seperti hati, ginjal, jantung, otak, paru, limpa, usus,
-buah-buahan tertentu seperti durian, alpokat dan es kelapa.

Beberapa prinsip diet yang harus dipatuhi oleh penderita asam urat:

1. Membatasi asupan purin atau rendah purin
Pada diet normal, asupan purin biasanya mencapai 600-1.000 mg per hari. Namun, penderita asam urat harus membatasinya menjadi 120-150 mg per hari. Purin merupakan salah satu bagian dari protein. Membatasi asupan purin berarti juga mengurangi konsumsi makanan yang berprotein tinggi. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita asam urat sekitar 50-70 gram bahan mentah per hari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari.

2. Asupan energi sesuai dengan kebutuhan
Jumlah asupan energi harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi badan dan berat badan.

3. Mengonsumsi lebih banyak karbohidrat
Jenis karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi penderita asam urat adalah karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti, dan ubi. Karbohidrat kompleks ini sebaiknya dikonsumsi tidak kurang dari 100 gram per hari, yaitu sekitar 65-75% dari kebutuhan energi total. Sedangkan karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan sirup sebaiknya dihindari karena akan meningkatkan kadar asam urat dalam darah.

4. Mengurangi konsumsi lemak
Lemak bisa menghambat eksresi asam urat melalui urine. Makanan yang mengandung lemak tinggi seperti jeroan, seafood, makanan yang digoreng, makanan bersantan, margarin, mentega, avokad, dan durian sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya hanya 10-15% dari kebutuhan energi total.

5. Mengonsumsi banyak cairan
Penderita rematik dan asam urat disarankan untuk mengonsumsi cairan minimum 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Cairan ini bisa diperoleh dari air putih, teh, kopi, cairan dari buah-buahan yang mengandung banyak air seperti apel, pir, jeruk, semangkan, melon, blewah, dan belimbing.

6. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol
Alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini bisa menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh. Karena itu, orang yang sering mengonsumsi minuman beralkohol memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak mengonsumsinya.

7. Mengonsumsi cukup vitamin dan mineral
Konsumsi vitamin dan mineral yang cukup, sesuai dengan kebutuhan tubuh akan dapat mempertahankan kondisi kesehatan yang baik.
8. Perbanyaklah mengonsumsi buah dan sayuran untuk menjaga ketahanan tubuh terhadap infeksi yang lebih parah. Buah dan sayuran untuk mengobati gangguan asam urat, antara lain buah naga, nanas, belimbing wuluh, jahe, labu kuning, sawi hijau, sawi putih, serai, dan tomat.

Cegah Osteoporosis dalam 10 menit


Pengeroposan tulang bisa disebabkan berbagai faktor. Selain genetik atau menopause dini, kurangnya asupan kalsium dalam tubuh juga bisa menyebabkan osteoporosis. Namun tahukah Anda, bahwa dengan meluangkan waktu 10 menit, Anda dapat mencegah penyakit ini.

"Di bawah kulit kita ada vitamin D. Saat terpapar cahaya matahari, vitamin itu akan aktif dan berubah menjadi vitamin D3. Bentuk aktif vitamin tersebutlah yang akan berguna bagi tulang," kata Dr. Siti Annisa Nuhonni, SpRM, ahli rehabilitasi medik FKUI-RSCM, di Jakarta.

Tak butuh waktu lama untuk mengaktifkan vitamin D3 dalam tubuh. Cukup 10 menit sebelum jam 9 pagi dan sesudah pukul 3 sore. Kecukupan kalsium dan vitamin D sejak muda menjadi hal penting yang harus diperhatikan jika ingin terhindar dari osteoporosis. Bagi usia produktif 19-50 tahun, kecukupan kalsium adalah 1000 mg perhari dan kebutuhan vitamin D adalah 200 UI (International Unit).

"Wanita Indonesia cenderung takut terkena sinar matahari, karena mereka takut hitam. Salah satu gaya hidup yang lain adalah pakai sunblock, padahal sunblock itu membuat sinar matahari terhalang untuk masuk ke dalam kulit," kata Dr Fiastuti Witjaksono, SpGK, ahli gizi FKUI.

Sebenarnya, menurut dia, tidak perlu sampai berjemur, yang penting cukup terpapar sinar matahari saja. "Selain itu, jangan berhenti minum susu. Kecenderungan yang terjadi disini adalah anggapan bahwa susu hanya untuk anak kecil saja, padahal tidak," katanya.

Susu adalah salah satu sumber kalsium terbaik. Kebutuhan protein yang seimbang dan olahraga teratur juga berfungsi untuk mencegah osteoporosis. "Tulang dari ikan mengandung kalsium yang sangat tinggi, akan lebih bagus kalau makan ikan bersama tulangnya, seperti ikan teri," kata dokter Nuhonni.

Kamis, 29 September 2011

Bedong Bayi Perlukah Dilakukan?

Mem”bedong” bayi atau membungkus bayi dengan kain setelah bayi lahir, sangat umum dipraktekkan di Indonesia. Sebenarnya, teknik membungkus bayi dengan kain setelah lahir dapat dilakukan, asal jangan terlalu ketat. Namun, masih banyak tenaga medis [dokter, bidan, dukun bayi] yang kurang memahami bahwa sebenarnya membungkus bayi terlalu ketat, sehingga memposisikan sendi panggul bayi dalam keadaan ekstensi dan adduksi [lurus dan arahnya mendekati garis tengah tubuh], sangat tidak dianjurkan. Mengapa? Berikut adalah penjelasannya dari sudut pandang ilmu Orthopaedi.

Saat lahir, 1 dari 80 bayi mengalami kelenturan sendi panggul yang berlebihan, dan hal ini mungkin bersifat genetik [Salter, 1999]. Jika setelah lahir, atau pada beberapa minggu pertama usia bayi, sendi panggul diposisikan dalam keadaan lurus/ekstensi dan bayi tersebut memiliki kondisi sendi panggul yang sangat lentur, maka bisa terjadi dislokasi collum femoris [bagian 'kepala' tulang paha]. Dislokasi ini kemudian dapat kembali secara spontan atau akan tetap dalam kondisi seperti itu. Sebenarnya, bayi yang sejak lahir mengalami kelenturan sendi panggul abnormal, secara spontan akan mengalami stabilisasi sendiri dalam 2 bulan pertama. Namun, jika sendi tersebut dipertahankan dalam posisi lurus/ekstensi maka akan cenderung mengalami dislokasi atau subluksasi. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya perubahan skunder yang progresif pada semua struktur di dalam maupun di sekitar sendi panggul. Dan pada akhirnya akan menyebabkan bayi tersebut pada suatu kelainan yang disebut dengan Developmental Dysplasia of the Hip [DDH], suatu kelainan yang apabila tidak diterapi dengan tepat akan mengganggu kualitas hidup individu. Saya akan menulis lebih mendetil mengenai DDH di artikel lain.
Berikut dapat  dilihat teknik membedong bayi secara benar
Kesimpulannya, bayi yang baru lahir sebaiknya tidak dibalut kain secara erat, atau diposisikan sedemikian rupa sehingga sendi panggul dalam keadaan ekstensi selama beberapa bulan pertama. Dengan melakukan ini maka kita bisa mencegah terjadinya DDH.